Sabtu, 23 Januari 2021

NILAI TINDAKAN

 

"...Perbuatan yang bernilai adalah perbuatan yang memiliki dua unsur kebaikan; husnul fa'il dan husnul fi'il.

Para filosof muslim menyebut husnul fa'il sebagai tendensi (niat, iman) baik pelaku dalam melakukan perbuatan baik. Dan sebaik-baik tendensi adalah tendensi ketuhanan, qurb ilallah. 


Adapun husnul fa'il adalah perbuatan baik pada umumnya, semisal bangun jembatan, jalan tol,  RS dst. 


Tanpa dua unsur tersebut, perbuatan tidak akan bernilai, tidak akan meyempurnakan jiwa pelakunya. Menipu rakyat dengan tendensi qurb ilallah, dan juga menolong rakyat dengan tendensi qurb ilannas, adalah perbuatan yang nirnilai. Sebab, yang pertama adalah su'ul fi'il + husnul fa'il. Sedang yang kedua adalah husnul fi'il + su' ul fa'il. Hasil keduanya adalah NOL. 


Boleh jadi, perbuatan yang baik (husnul fi'il)  memberikan manfaat bagi orang lain, namun belum tentu memberikan manfaat bagi perfeksi jiwa pelakunya. Membangun jalan tol tentu bermanfaat bagi orang lain, tapi jika dilakukan dengan tendensi pencitraan, maka jiwa pelakunya akan kehilangan jalan tol menuju langit. Jiwanya akan terjebak macet di dunia.


Begitu juga dengan seabrek pelayanan pada masyarakat, akan kehilangan nilai bila dilandasi kepongahan dengan mengingkari hal-hal transenden, utamanya eksistensi Tuhan.


Unsur 'husnul fa'il' inilah yang membedakan humanitas transenden dengan humanitas imanen, humanitas Syariatian dengan humanitas Marxian. Tentu berbeda nilainya, mereka yang melayani kemanusiaan dengan tendensi ketuhanan, dan mereka yang melayani kemanusiaan dengan tendesi kemanusiaan. Yang satu meyakini kemendasaran Tuhan (asholatul haq). Yang lainnya meyakini kemendasaran manusia (asholatunnas).Nilainya tak akan sama.


Husnul fa'il hanya mungkin dimiliki oleh mereka yang memiliki pandangan dunia Ilahi. Kualitas husnul fa'il ditentukan oleh kedalaman makrifatullah. Semakin dalam anda mengenal Tuhan, maka iman, niat dan keikhlasan anda pun akan semakin mendalam.


Husnul fi'il (perbuatan baik) tanpa husnul fa'il (tendensi yang baik) itu adalah mereka yang memberi materi pada orang lain, namun tidak mengambil non materi darinya. Juga, mereka yang berbuat baik pada orang lain, namun tidak berbuat baik pada diri mereka sendiri; kebaikan yang mereka lakukan tidak menyempurnakan diri mereka sendiri, tidak menerbangkan jiwanya menuju kedekatan Ilahi. Sungguh rugi.  Ata'murunanannasa bil birri, wa tansauna anfusakum. Begitu firman-Nya (02;44).


Perbuatan baik tanpa tendensi yang baik, adalah perbuatan nir nilai yang dibalut dengan jubah yang indah. Zayyana lahum asy-syaitonu a'malahum (An-nahl 63, Al-an'am 43 dll). Mereka merasa cukup dengan sekedar melakukan perbuatan baik, dan mengabaikan urgensi iman..."


(Filsafat Harmonisasi, hal 93-99)

~Alfit Lyceum

#salamharmonisasi

#filsafatharmonisasi

Kamis, 29 Oktober 2020

Filsafat Ketauhidan Pancasila

Tauhid adalah cerita tentang keragaman dan ketunggalan. Tanpa keragaman dan ketunggalan, tauhid menjadi nirmakna. Seperti taktsir, yang juga cerita tentang ketunggalan dan keragaman. 


Tauhid yakni melihat keragaman sebagai hal yang tunggal. Ketunggalan dalam keragaman. Alam bukan keragaman yang tercerai-berai. Alam adalah keragaman yang terajut dalam bingkai ketunggalan. Ada ketunggalan yang meniscayakan setiap entitas saling terhubung satu dengan yang lainnya, dan kita sebut dengan relasi eksistensial. 


Intinya, tauhid yakni memandang tunggal yang plural. Sedang taktsir sebaliknya, yaitu memandang plural yang tunggal. Tauhid adalah tunggal dalam plural, sedang taktsir adalah plural dalam tunggal.


Dalam bingkai keindonesiaan, kita ketahui Indonesia bukan negara satu warna. Indonesia adalah negara ragam warna. Namun, ragam warna yang menghiasi Indonesia bukan keragaman yang tercerai-berai. Indonesia adalah keragaman yang saling terhubung, adalah keragaman yang menunggal. Dan benang yang menghubungkan ragam warna dalam Indonesia, kita kenal dengan nama PANCASILA yang bersemboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA; yaitu banyak dalam satu, satu dalam banyak. 


Oleh karena itu, pancasila adalah cerita tentang pluralitas dan unitas. Tanpa pluralitas dan unitas, Pancasila akan kehilangan makna, Indonesia akan runtuh. Dan yang tersisa, hanyalah ragam warna yang saling terpisah dan tercerai-berai. Tauhid pancasila yakni memandang Indonesia sebagai bangsa yang satu dalam keragaman. Atau, sebagai bangsa yang beragam, namun satu.


Maka, segala upaya yang dapat menghilangkan kesatuan yang beragam, serta upaya pemaksaan warna, adalah agenda-agenda yang bertentangan dengan ketauhidan pancasila, yang disebut dengan kafir keindonesiaan.


Kafir keindonesiaan adalah memaksakan satu warna, entah itu warna Islam atau warna-warna yang lain. Kafir keindonesiaan juga bermakna mengoyak tenun kebangsaan, menjadikan Indonesia sebagai bagian-bagian yang tercerai-berai tanpa dimensi ketunggalan. Mereka yang kafir keindonesiaan mesti dihukum, sesuai dengan hukum yang berlaku.


Dimensi ketauhidan pancasila juga dapat dilihat dalam kelima silanya. Lima sila pancasila bukan sila-sila yang saling bertentangan, bukan keragaman tanpa keterhubungan. Lima sila pancasila adalah lima yang hakikatnya satu. Kelimanya, saling terkait satu dengan yang lain. 


Dengan kata lain, Sila kedua hingga sila kelima adalah turunan dan perwujudan dari sila pertama. Yakni, dalam perspektif keindonesiaan, engkau belum berketuhanan yang maha esa, jika engkau tidak menegakkan kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan sosial.


Sila pertama adalah ruh tunggal yang mengalir dalam empat sila di bawahnya. Karena itu, kemanusiaan atau humanisme (sila kedua) Indonesia bukan humanisme imanen. Melainkan humanisme transenden, dimana setiap rakyatnya saling melayani satu dengan yang lain, sebagai wujud penghambaan kepada Tuhan. 


Persatuan Indonesia juga bukan persatuan tanpa nilai. Apalah artinya bersatu, bila untuk menjajah bangsa lain. Penjajahan di atas dunia, mesti dihapuskan. Persatuan Indonesia adalah persatuan dengan nafas ketuhanan, yang meniscayakan terwujudnya keadilan dan kebaikan bersama. Pun juga dengan sila demokrasi dan sila keadilan, yang berada dalam bingkai ketuhanan.


*~Alfit Lyceum*

#salamharmonisasi

#filsafatharmonisasi

Rabu, 27 Mei 2020

Ramadan Telah Berlalu? Antara Ramadan Diri dan Ramadan Bumi



Oleh: ustadz Alfit Lyceum Mei 26, 2020

Dalam filsafat, gerak adalah bahasa lain dari waktu. Tepatnya, waktu adalah ukuran gerak. Pada sisi yang lain, gerak adalah substansi entitas materi. Dengan ini, setiap entitas materi niscaya bergerak, dan memiliki waktunya sendiri-sendiri.

Waktu sebatang rokok berbeda dengan waktu secangkir kopi, berbeda pula dengan waktu entitas-entitas materi lainnya. Secara keseluruhan, bumi memiliki waktu khusus yang dihitung berdasarkan gerak bumi.

Waktu bumi semakin disederhanakan dalam hitungan-hitungan yang paling kecil. Katakanlah hitungan abad, tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit hingga detik. Pada umumnya, gerak entitas-entitas materi yang terdapat di bumi, dihitung berdasarkan waktu bumi.

Semisalkan, waktu sebatang rokok yang hanya kisaran 5 menitan, sebelum terhisap habis dan menjelma abu. 5 menit tersebut merupakan waktu bertahan rokok dalam hitungan waktu bumi. Hakikatnya, wujud rokok memiliki waktunya sendiri yang identik dengan gerak wujudnya.

Ramadan adalah salah satu ukuran gerak bumi dalam hitungan bulan. Dengan kata lain, dalam setahun, bumi memiliki 12 bulan. Ramadan adalah salah satunya. Ramadan bumi tentu akan berlalu, meninggalkan semua entitas bumi yang geraknya diukur dengan waktu bumi.

Tak terkecuali kita umat Islam yang diwajibkan berpuasa di bulan Ramadan. Pada akhirnya, Ramadan akan meninggalkan semua kita. Sedih? Yah, bersedihlah bila Ramadan berlalu, dan anda gagal beroleh gelar taqwa. Tapi bila anda lulus dari madrasah Ramadan dengan gelar taqwa, bergembiralah. Terlebih lagi, “setiap bulan adalah bulan Ramadan dan setiap hari adalah hari puasa” dapat diwujudkan di sepanjang hayat.

Berikut penjelasannya.

Sebagai salah satu entitas materi, manusia pastilah bergerak. Artinya, karena waktu adalah ukuran gerak, maka setiap manusia memiliki waktu khususnya sendiri. Waktu saya dan setiap kita tidaklah sama. Semua tergantung bagaimana, kemana dan seperti apa gerak yang kita lakukan.

Dari sini dipahami, bahwa Ramadan memiliki dua jenis. Ada Ramadan eksternal, yaitu Ramadan bumi yang sesuai dengan gerak bumi. Adapula Ramadan internal, yaitu Ramadan diri yang sesuai dengan gerak diri. Ramadan bumi baru saja berlalu. Namun Ramadan diri, semestinya, baru saja terbentuk.

Saya tulis “semestinya”, sebab dengan berlalunya Ramadan bumi, Ramadan diri tidak serta merta terbentuk. Alasannya, Ramadan diri adalah hasil bentukan dan capaian ikhtiari. Ramadan bumi, dengan segala ritual yang diwajibkan dan yang sangat dianjurkan di dalamnya, adalah masa-masa latihan pembentukan Ramadan diri.

Dengan ini, setiap manusia, tak terkecuali non muslim, berpotensi memiliki Ramadan diri. Juga, tidak semua manusia, bahkan, tidak semua umat Islam, memiliki Ramadan diri. Sebab sekali lagi, Ramadan diri adalah hasil bentukan dan capaian ikkhtiari. Ada yang mencapainya, ada pula yang tidak.

Lantas, apa Ramadan diri itu? Ramadan diri adalah terhiasinya diri dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan dan konsitensi di atas gerak harmonisasi. Yaitu, meniti jalan kesucian diri, penghambaan pada wujud yang layak diperTuhan, serta pengkhidmatan pada sesama hamba.

Menghidupkan malam lailatul qadr bukan bermakna menghidupkan waktu malam bumi. Makna hakikinya adalah, seperti kata Muthahhari, menghidupkan “diri hakiki” dan meredam “diri imitasi”. Diri hakiki manusia adalah dimensi kemanusiaan (insaniah) manusia, sedang diri imitasi manusia adalah dimensi kehewanan (hewaniah) manusia.

Berdasarkan ini, bisa dikatakan, Ramadan diri anda tidak mengada, bila anda mematikan dimensi kemanusiaan anda, mematikan cinta, empati, welas-asih dan spirit pengorbanan dalam diri anda. Ramadan diri anda tidak menyata, bila anda menghamba pada sesama hamba, atau menjadi “tuhan” bagi hamba.

Kala itu, anda bukan hanya kehilangan Ramadan bumi, tapi juga kehilangan Ramadan diri. Dan ini adalah tanda matinya diri hakiki anda, dan hidupnya diri imitasi anda. Artinya, anda telah kehilangan diri anda. Kata Ali bin Abi Tholib, aku heran pada orang-orang yang mencari barang mereka yang hilang, tapi tak pernah mencari diri mereka yang hilang.

Walhasil, Ramadan bumi disia-siakan, bila Ramadan diri tak terbentuk. Hanya dengan membentuk Ramadan diri, diri akan keluar dari ramadan bumi dengan gelar taqwa. Hanya dengan membentuk Ramadan diri, diri kembali fitri. Dan itulah hari raya. Hari raya adalah setiap hari yang dilalui tanpa eksploitasi, kata Ali bin Abi Tholib. Inilah makna, setiap bulan adalah bulan ramadan, setiap hari adalah hari puasa.

Agama dan otak



Ada pengalaman menarik dari setiap perjalanan keberagamaan seseorang.tak dapat di pungkiri lagi bahwa agama memiliki fungsi nyata dalam interaksi sosial, setidaknya sebagai rujukan etis yang dapat menjadi standar perilaku moral dalam penentuan nilai atas tindakan sekelompok orang atau bahkan tindakan seseorang.

Agama dapat secara evolutif maupun revolutif merubah kepribadian seseorang. Mulai dari cara pandangnya sampai gaya hidup; pola tidurnya, cara ia memakan (apakah ia memakan dengan sendok atau mengunakan tiga jari), gosok gigi(apakah ia mengunakan siwak atau sikat gigi) cara berbusana(apakah ia cingrang atau sarungan) dan apakah ia akan jadi pemarah ataukah peramah. Semua orang menjadi pintar seketika dan menjadi bebal seketika karena cara memahami agama.

Seseorang bisa saja awalnya pemabuk kelas kakap, tapi karena mendapat hidayah ia akhirnya merubah kebiasaannya dan menjadi pengiat literasi. Tetapi dilain sisi, seseorang bisa mengalami defisit orientasi dalam hidupnya dan berujung aksi bom bunuh diri atau menjadi teroris. Atau menjadi hakim yang membawa palu vonis sesat wal kafir.

Sebelum kita membahas lebih jauh, saya hendak mengantar pembaca pada suatu cerita yang masyhur dan tentunya anda pasti sudah pernah mendengarnya. Katakanlah cerita thomas alva edison, seorang penemu lampu yang berkat penemuannya kita bisa menikmati terangnya malam.

“Putra Anda anak yang bodoh. Kami tidak mengizinkan anak Anda bersekolah lagi,”

Demikian isi surat dari sekolah yang dirahasikan ibunda thomas seumur hidupnya. Ketika thom kecil bertanya apa isi suratnya, ibunda kinasihnya menjawab:

“Kamu anak yang jenius nak, sekolah belum cukup baik untuk mendidik anak yang hebat seperti kamu.  Mulai saat ini ; ibu yang akan mendidik kamu"

Thom putus sekolah dan ia terpaksa menjalani homeschooling. Dimana ibunya sendiri yang jadi wali kelasnya. Ibunda kinasih tak sampai hati membacakan isi surat sebenarnya. Namun siapa menyangka dengan tangan dingin seorang ibu yang mendidik dengan tulus dan penuh cinta. Itulah yang membuat otak thom yang pas-pasan menjadi pribadi yang jenius. Dengan cinta, seorang idiot menjadi raksasa saintis. Hidup dengan penuh cinta, dapat membuat neuron atau otak seseorang jauh lebih melejit daripada hidup dengan penuh amarah dan penuh kebencian serta ketakutan.

Dalam salah satu penelitian seorang neurosains, ia berpendapat bahwa agama bisa membuat otak manusia menjadi sehat dan dapat membuat otak manusia mengalami kebekuan atau kerusakan saraf. Kapan agama menghambat pertumbuhan saraf?ketika agama dipahami dalam kerangka yang menakutkan: menebar permusuhan, teror dan penuh dengan kebencian. Tuhan yang dipahami adalah Tuhan sebagai momok yang menakutkan.

Selamatkan otak anda dengan selalu menjangkarkan diri pada Tuhan yang welas asih, yang kasih sayangNya mengalahkan murkaNya, Tuhan yang Maha pengertian, kala dikau berdosa, Ia selalu mendahului memaafkanmu bahkan sebelum engkau menengadahkan tangan memohon ampunanNya. Berakhlak seperti akhlak Tuhan, memaafkan saudaramu bahkan sebelum ia meminta maaf. Selamatkan otakmu dengan menebar kasih sayang sesama manusia, apapun agama, mazhab, suku dan rasnya.

Alexander agung

Pandangan Dunia dan Ideologi

Pandangan Dunia dan Ideologi

"...Berbagai ideologi merupakan hasil dari berbagai pandangan dunia. Sandaran dan dasar dari berbagai ideologi adalah berbagai bentuk pandangan dunia. Pandangan dunia ialah bentuk dari sebuah kesimpulan, penafsiran, hasil kajian, yang ada pada seseorang berkenaan dengan alam semesta, manusia, masyakat dan sejarah.

Berbagai golongan dan individu memiliki pandangan dunia yang saling berbeda-beda. Jika pandangan dunia saling berbeda, maka ideologi pun akan saling berbeda.

Ideologi menentukan sederetan perintah dan larangan; sebuah fakultas yang mengajak manusia pada suatu tujuan tertentu, serta menunjukkan jalan yang dapat menghantarkan diri sampai pada tujuan tersebut.

Ideologi akan menentukan mengenai kita seharusnya bagaimana, kita harus hidup yang bagaimana, kita harus menjalin relasi yang bagaimana, bagaimanakah kita membina dan membangun masyarakat kita hari ini. Ideologi yang menentukan semua permasalahan itu..."

*~Murtada Muthahhari*
(Pengantar Epistemologi)

#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi
Agama dan Ideologi

Agama adalah sistem hidup paripurna yang bersumber dari Sesempurnanya Wujud, sebagai pedoman dan jalan hidup manusia menuju kesempurnaan diri. Dengan ini, agama meliputi seluruh dimensi hidup manusia, dari bangun tidur, hingga tidur lagi. Dalam bahasa agama, gerak yang sesuai dengan sistem hidup (agama) disebut dengan gerak ibadah, yang merupakan tujuan penciptaan manusia.

Dengan kata lain, agama adalah ajaran komprehensif yang meliputi dimensi teoretis dan juga dimensi praktis. Dalam filsafat, dimensi teoretis disebut dengan pandangan dunia, sedang dimensi praktis disebut dengan ideologi. Dan dalam bahasa agama, pandangan dunia adalah ushuluddin, sedang ideologi adalah furu'uddin. Karena itu, terdapat pandangan dunia agama, terdapat pula ideologi agama, yang tentu berbeda dengan pandangan dunia dan ideologi-ideologi lain.

Pandangan dunia adalah sekumpulan ide yang dianggap ideal tentang hakikat realitas. Pandangan dunia berbicara tentang apa yang ada, dan apa yang tiada. Sedangkan ideologi adalah sekumpulan ide tentang nilai yang dianggap ideal. Ideologi berbicara tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan.

Pandangan dunia adalah bingkai paradigma, sedang ideologi adalah bingkai tindakan. Ideologi adalah turunan dari pandangan dunia. Karena itu, corak ideologi senantiasa secorak dengan pandangan dunia. Ideologi materialis merupakan turunan dari pandangan dunia materialis. Pun juga, ideologi agama merupakan turunan dari pandangan dunia agama.

Sederhananya, dalam ideologi anda tidak akan ditemukan nilai dan anjuran untuk ibadah, jika dalam pandangan dunia anda tidak ada keyakinan terhadap Tuhan. Juga, ideologi anda tidak akan menganjurkan anda tuk menyiapkan bekal akhirat, manakala pandangan dunia anda menegasi adanya kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Sebaliknya, jika pandangan dunia anda adalah pandangan dunia agama; pandangan dunia yang mengafirmasi adanya Tuhan, nabi, akhirat, dan dimensi batin dari yang zahir, maka sudah pasti dalam ideologi anda berisi panduan gerak agamis; yairu gerak penghambaan, gerak yang perlahan mendekatkan diri pada Tuhan Sesempurnya Wujud, dan itulah gerak harmonisasi. Sebab, gerak eksploitasi, tak relevan dengan ketuhanan.

Dengan ini, bila ditemukan penganut agama yang bertindak eksploitatif, apatah lagi atas nama agama, pastilah ia hanya berpura-pura berideologi dan berpandangan dunia agama.

Walhasil, jika ditanya apa hubungan agama dan ideologi, jawab nya yaitu, ideologi itu khusus, sedang agama itu umum. Dalam agama, terdapat ideologi, disamping pandangan dunia.

*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi
Pandangan Dunia Filosofis

Pandangan dunia adalah sehimpun keyakinan ihwal realitas. Pandangan dunia berbicara tentang apa yang ada, dan apa yang tiada, apa yang hakiki dan apa yang non hakiki, apa yang substansial dan apa yang non substansial.

Pandangan dunia merupakan turunan dari bangunan epistemologi. Yakni, instrumen pengetahuan yang dijadikan sebagai raja pengetahuan akan membentuk neraca kebenaran, yang kemudian membingkai tafsiran kita atas realitas. Dengan ini, pandangan dunia seseorang secorak dengan instrumen pengetahuan yang dijadikannya sebagai raja pengetahuan.

Bila anda meyakini indra sebagai raja pengetahuan, niscaya anda akan memandang dunia sebagai materi semata. Di luar materi, tak ada lagi keberadaan. Semua cerita tentang surga, neraka dan fenomena² pasca kematian, hanyalah dongeng semata.

Sebaliknya, jika yang menjadi raja pengetahuan adalah akal, maka anda akan mencari realitas non materi di balik realitas materi. Kata akal, realitas tidak equal dengan materi. Ada bentangan eksistensi yang lain, selain alam materi. Saat itu, akan lahir kerinduan untuk menjalin relasi dan bercengkerama dengan wujud² lain selain wujud materi.

Lantas, apa yang dimaksud dengan filsafat? Filsafat adalah ilmu rasional, ilmu yang menjadikan akal sebagai raja pengetahuan. Dengan akal, filsafat ingin menyingkap hakikat realitas. Hasil singkapan tersebut dinamakan dengan pandangan dunia filsafat. Yaitu, pandangan dunia yang dibangun dengan akal, melalui ilmu filsafat.

Kita mengenal dua jenis filsafat, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis berbicara ihwal apa yang ada dan apa yang tiada, sedang filsafat praktis berbicara apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Filsafat teoretis melahirkan pandangan dunia filsafat, sedang filsafat praktis menyuguhkan ideologi filsafat. Dengan ini, filsafat memberikan pandangan dunia dan juga ideologi yang tentu berbeda dengan pandangan dunia dan ideologi selain filsafat.

*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi

MAKA DEKLARASIKAN KEHAMBAANMU


Selama engkau berpijak pada ciptaan-Nya, adakah alasan tuk tidak menyembah-Nya?

Selama engkau berada dalam pengawasan-Nya, adakah alasan tuk tidak mematuhi-Nya?

Carilah tempat berpijak yang bukan ciptaan-Nya. Carilah waktu dimana engkau luput dari pengawasan-Nya

Jika kau temukan, maka engkau bebas untuk tidak menyembah-Nya, engkau boleh membangkang-Nya.

Tapi bila tak kau temukan, dan niscaya tak akan kau temukan, maka deklarasikan kehambaanmu.

Hiduplah sebagai hamba yang hanya menghamba pada yang layak diperTuhan. Jangan menghamba pada sesama hamba. Jangan menuhankan diri dan menghambakan yang lain.

*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi

Kamis, 05 September 2019

FILSAFAT SIMBOL

Dalam Logika, simbol merupakan dilalah wadh'iyyah ghoiru lafziyah. Yaitu, dilalah yang terlahir dari hasil kesepakatan, dan bukan kata. Dalam dilalah ini, relasi antara dal (simbol) dan madlul (yang disimbolkan) tidak bersifat niscaya, tidak pula universal.

Tidak niscaya yakni, tidak selamanya A menyimbolkan realitas B. Adakalanya, A menyimbolkan realitas C, D dll. Sedang tidak universal yakni, tidak berlaku secara sama di setiap daerah. Sebab simbol, mengikuti hasil kesepakatan. Dan kesepakatan, tidak mesti sama di setiap tempat dan daerah.

Itulah mengapa, simbol segitiga tidak selamanya menyimbolkan realitas sistem dajjal. Pun juga, sistem dajjal tidak melulu disimbolkan dengan segitiga. Mengapa? Sebab segitiga merupakan dilalah wadh'iyyah ghoiru lafziyah, yang mengikuti hasil kesepakatan. Dengan ini, tidak perlu panik dan menjustis mereka yang mengenakan simbol segitiga sebagai pengikut sistem dajjal.

Juga, boleh jadi dalam satu aliran sufistik, cinta Tuhan disimbolkan dengan manisnya minuman anggur. Menenggak anggur di kedai minuman, berarti mencicipi manisnya cinta Tuhan. Namun, dalam aliran yang lain, boleh jadi berbeda. Bahkan kadang, anggur bukan lagi menjadi simbol, tapi berposisi sebagai realitas yang disimbolkan dengan gambar orang tua.

Namun demikian, satu hal yang pasti dari simbol adalah adanya realitas yang ingin disampaikan dari sebuah simbol. Dengan melihat simbol, pikiran semestinya memahami realitas yang disimbolkan. Jangan terjebak pada simbol, singkaplah setiap makna yang bersemayam dalam simbol. Begitu kira².

Jika ditanya, apa pengaruh simbol terhadap gerak realitas? Maka jawabnya, dengan adanya simbol, realitas akan semakin memisteri. Saat itu, manusia akan terbagi dua, mereka yang terjebak pada simbol, dan mereka yang berusaha melampaui simbol dengan mencoba melihat substansi realitas di balik simbol. Pun juga, dengan memahami jenis dilalah simbol, bahwa simbol adalah dilalah kesepakatan, maka tentu kita akan terhindar dari penilaian yang terburu-buru.

*~Alfit Lyceum*
#salamharmonisasi
#filsafatharmonisasi